Senin, 11 Agustus 2008

MARHABAN YAA RAMADHAN


Sebentar lagi Insya ALLAH kita akan memasuki bulan Ramadhan dan berdoa semoga ALLAH mempertemukan dengannya, diluaskan waktu dan kesehatan untuk beribadah didalamnya dan keluar dari bulan Ramadhan dalam keridhoan ALLAH SWT.


Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata "marhaban" diartikan sebagai "kata seru untuk menyambut atau menghormati tamu (yangberarti selamat datang)." Ia sama dengan ahlan wa sahlan yangjuga dalam kamus tersebut diartikan "selamat datang." Walaupun keduanya berarti "selamat datang" tetapipenggunaannya berbeda. Para ulama tidak menggunakan ahlan wasahlan untuk menyambut datangnya bulan Ramadhan, melainkan"marhaban ya Ramadhan". Ahlan terambil dari kata ahl yang berarti "keluarga", sedangkan sahlan berasal dari kata sahl yang berarti mudah. Juga berarti "dataran rendah" karena mudah dilalui, tidakseperti "jalan mendaki". Ahlan wa sahlan, adalah ungkapan selamat datang, yang dicelahnya terdapat kalimat tersiratyaitu, "(Anda berada di tengah) keluarga dan (melangkaLkar1kaki di) dataran rendah yang mudah." Marhaban terambil dari kata rahb yang berarti "luas" atau"lapang", sehingga marhaban menggambarkan bahwa tamu disambutdan diterima dengan dada lapang, penuh kegembiraan sertadipersiapkan baginya ruang yang luas untuk melakukan apa sajayang diinginkannya. Dari akar kata yang sama dengan"marhaban", terbentuk kata rahbat yang antara lain berarti"ruangan luas untuk kendaraan, untuk memperoleh perbaikan ataukebutuhan pengendara guna melanjutkan perjalanan."


Marhaban yaRamadhan berarti "Selamat datang Ramadhan" mengandung arti bahwa kita menyambutnya dengan lapang dada, penuh kegembiraan;tidak dengan menggerutu dan menganggap kehadirannya"mengganggu ketenangan" atau suasana nyaman kita. Marhaban ya Ramadhan, kita ucapkan untuk bulan suci itu,karena kita mengharapkan agar jiwa raga kita diasah dan diasuhguna melanjutkan perjalanan menuju Allah Swt. Ada gunung yang tinggi yang harus ditelusuri guna menemui-Nya,itulah nafsu. Di gunung itu ada lereng yang curam, belukaryang lebat, bahkan banyak perampok yang mengancam, serta iblisyang merayu, agar perjalanan tidak melanjutkan. Bertambahtinggi gunung didaki, bertambah hebat ancaman dan rayuan,semakin curam dan ganas pula perjalanan. Tetapi, bila tekadtetap membaja, sebentar lagi akan tampak cahaya benderang, dansaat itu, akan tampak dengan jelas rambu-rambu jalan, tampaktempat-tempat indah untuk berteduh, serta telaga-telaga jernihuntuk melepaskan dahaga. Dan bila perjalanan dilanjutkan akanditemukan kendaraan Ar-Rahman untuk mengantar sang musafirbertemu dengan kekasihnya, Allah Swt. Demikian kurang lebihperjalanan itu dilukiskan dalam buku Madarij As-Salikin. Tentu kita perlu mempersiapkan bekal guna menelusuri jalanitu. Tahukah Anda apakah bekal itu? Benih-benih kebajikan yangharus kita tabur di lahan jiwa kita. Tekad yang membaja untukmemerangi nafsu, agar kita mampu menghidupkan malam Ramadhandengan shalat dan tadarus, serta siangnya dengan ibadah kepadaAllah melalui pengabdian untuk agama, bangsa dan negara.


Semoga kita berhasil, dan untuk itu mari kita buka lembaran Al-Quran mempelajari bagaimana tuntunannya. (Sebagian disadur dari tulisan Dr. M. Quraish Shihab, M.A. Media Isnet.or.id)